Wednesday, August 9, 2017

Dari 600.000 Jemaah Haji, Tidak Ada Satupun Yang Ibadah Hajinya Diterima

Tersebutlah di suatu masa lelaki bernama Abdullah bin al-Mubarak. Ia kaya dan senang sekali pergi haji serta berjihad di jalan Allah. Bila tahun ini ia naik haji, maka tahun berikutnya ia berangkat berjihad. Demikianlah secara selang-seling selalu dilakukannya, betapa pun sibuk menderanya.
Suatu waktu, tibalah tahun saatnya Abdullah bin al-Mubarak berangkat haji kembali. Setelah bekerja keras, Abdullah bin Mubarak berhasil mengumpulkan bekal tak kurang 500 Dinar uang emas. Dari kediamannya di Hijaz, ia berangkat menuju Mekkah. Pada suatu momen, setelah menyelesaikan ritual ibadah haji, dia tertidur dan bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit.
"Berapa banyak yang datang tahun ini?" tanya salah satu Malaikat kepada Malaikat lainnya.
"600.000” jawab Malaikat lainnya.
“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”
"Tidak ada satu pun.”

Percakapan ini membuat Abdullah bin al-Mubarak gemetar. “Apa?" Abdullah tersentak kaget dalam mimpinya dan ia pun menangis. “Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?” tanyanya penasaran.
“Ada seorang tukang sepatu di Damaskus yang dipanggil Ali bin Muwaffaq, dia tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni” ujar Malaikat pertama.
Ketika Abdullah bin al-Mubarak mendengar percakapannya itu, terbangunlah ia dari tidurnya dan langsung berangkat rnenuju Damaskus untuk rnencari orang yang bernama Ali bin Muwaffaq itu. Dia telusuri seluruh penjuru kota sampai akhirnya ia temukan tempat tinggal Muwafaq. Dan ketika diketuk pintunya, keluarlah seorang lelaki dan segera ia bertanya tentang namanya.
"Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh!" sapa Ibnu Mubarak sambil rnengetuk pintu. Siapakah namamu dan pekerjaan apa yang kamu lakukan?” tanya Ibnu al-Mubarak kepada lelaki yang ditemuinya.
“Aku Ali bin Muwaffaq, penjual sepatu. Siapakah Anda?"
Kepada lelaki itu Ibnu al-Mubarak menerangkan jati dirinya dan maksud kedatangannya. Setelah tahu siapa yang dating serta maksud dan tujuannya, tiba-tiba, Muwaffaq rnenangis dan jatuh pingsan.
Ketika sadar, Ibnu Mubarak rnemohon agar Muwaffaq berkenan untuk menceritakan semua yang dia alami terkait dengan hajinya. Ali bin Muwaffaq pun kemudian bercerita:
“Selama 40 tahun aku telah rindu melakukan perjalanan haji ini. Aku telah menyisihkan 350 Dirham dari hasil berdagang sepatu. Tahun ini aku memutuskan untuk pergi ke Makkah, sejak istriku mengandung, Suatu hari istriku mencium aroma makanan yang sedang dimasak oleh tetangga sebelah, dan memohon kepadaku agar ia bisa rnencicipinya sedikit. Aku pergi menuju tetangga sebelah, mengetuk pintunya kemudian menjelaskan situasinya. Tetanggaku mendadak menangis."
"Sudah tiga hari ini anakku tidak makan apa-apa,” katanya. “Hari ini aku rnelihat keledai mati tergeletak dan memotongnya kemudian memasaknya untuk mereka. Ini bukan makanan yang halal bagimu.” Hatiku terasa terbakar ketika aku mendengar ceritanya. Aku mengambil 350 Dirhamku dan memberikan kepadanya. "Belanjakan ini untuk anakmu,” kataku. “Inilah perjalanan hajiku."
"Malaikat berbicara dengan nyata di dalam mimpiku dan Penguasa kerajaan surga adalah benar dalam keputusan-Nya," ujar Abdullah berusaha membenarkan mimpinya.
Demikianlah kisah nyata yang terjadi pada seorang penjual sepatu beberapa ratus tahun yang lalu, yang dikisahkan melalui mulut Abdullah bin al-Mubarak, Meski tak pernah berhaji, tetapi ia telah mendapatkan pahala seperti haji mabrur karena keikhlasannya berbagi kepada tetangga, yang uang itu sedianya digunakan untuk ongkos hajinya ke Mekah tahun itu. Subhanallah!
Demikianlah kisah di atas menegaskan banyak orang yang naik haji, tapi tak satu pun yang mendapatkan pahala haji mabrur, Karena itu, sebelum berangkat ke sana, bersihkan hati kita dan tekadkan niat berhaji hanya untuk mencari ridha Al1ah swt.
 [Kisah diambil dan buku Warisan Para Awliya karya Farid al-Din Attar. Edisi Inggrisnya berjudul Muslim Saints and Mystics: Episodes from the Tadhkirat al-Auliya (Memorial of the Saints).]

1 comment:

  1. Masya Allah, kisahnya sangat mencerahkan. Ngomong-ngomong kalau tmen tmen mau cari travel umroh terpercaya, Ar rosyid Tour Travel adalah solusinya

    Baca juga artikel kami tentang Perbedaan Antara Ibadah Haji dan Umroh

    ReplyDelete