Monday, July 10, 2017

Kisah Talqin Dzikir Haji Muhammad Zuki as-Syuja' ra


Pak Guru Zuki (Haji Muhammad Zuki as-Syuja' ra) adalah contoh murid yang selalu berbaik sangka kepada Hadhratus Syaikh Pangersa Abah Anom selaku guru mursyidnya. Sejak awal kedatangannya ke Ponpes Suryalaya pada tahun 1979, ia sudah diberikan berbagai ujian untuk membuktikan kesungguhannya.

Bayangkan, untuk mengambil talqin dzikir saja Pak Guru Zuki diperintahkan oleh Pangersa Abah untuk berendam di sungai Citanduy selama 15 hari. Maka bagian tubuhnya yang terendam air penuh ditempeli lintah. Sedangkan bagian tubuhnya yang tidak terendam air penuh dikerubungi nyamuk. Tidak ada bagian tubuh atasnya yang kosong dari nyamuk kecuali bibirnya saja. Tapi sebelumnya Pangersa Abah sudah berpesan tidak boleh membunuh satu makhluk hidup pun. Serta ia hanya diizinkan keluar dari Sungai Citanduy hanya pada waktu shalat fardhu saja, setelah itu harus berendam kembali.
Demikian beratnya "penderitaan" Pak Guru Zuki dalam menjalani ujian tersebut. Tapi ia terima semuanya dengan ikhlash dan ridha. Tidak ada prasangka buruk sedikit pun kepada Pangersa Abah. Maka pada hari ke-11 ada bisikan ghaib, "Keluarkan zakat badanmu karena Laa ilaaha illallaah." Lalu Pak Guru Zuki segera berniat menzakatkan darahnya untuk lintah dan nyamuk yang sedang mengerubuti tubuhnya. Tapi setelah memasang niat demikian, lintah dan nyamuk yang mengerubutinya malah pergi dan tidak mengerubuti lagi sampai hari ke-15.
Ketika Pak Guru Zuki sudah menyelesaikan ujiannya, Pangersa Abah bertanya kepada dirinya. "Bagaimana rasanya, Zuki?"
"Terasa nikmat, Bah"
"Benar terasa nikmat Zuki?"
"Iyaa sungguh nikmat yang empat hari terakhir, Bah. Sejak saya niat menzakatkan darah saya, lintah dan nyamuk yang mengerubuti saya malah pergi dan tidak ada yang datang lagi sampai hari ke-15."
"Oohh sudah tentu mereka tidak mau menghisap darah yang diniatkan sebagai zakat untuk mereka. Karena lintah dan nyamuk merasa bukan termasuk ashnaf yang 8." Kata Pangersa Abah sambil tertawa yang menyenangkan hati.
Setelah itu Pangersa Abah memberikan talqin dzikir kepada Pak Guru Zuki. Alhamdu Lillaah. Sungguh kisah keteladanan tentang ketulusan hati yang sangat menakjubkan. Qalbu yang bersih tanpa prasangka buruk pada saat kedatangannya yang pertama kali. Hingga kini pun demikian, bahkan kebersihan qalbunya menjadikan martabatnya terus meningkat di sisi Allah swt.
Sebagai penghargaan atas karya bakti dan ketulusan hatinya, Pangersa Abah Anom banyak memberikan hadiah "khirqah" kepada Pak Guru Zuki. Satu diantaranya adalah tongkat peninggalan Pangersa Abah Sepuh. Namun agar tidak ada prasangka tongkat itu sebagai pelimpahan "tongkat komando" kepada dirinya, Pak Guru Zuki berkata kepada kami;
"Itu hanya agar saya betah seterusnya menjadi murid Abah."
Subhaanallaah...

Dikutip dari : www.facebook.com/andhika.darmawan.3

No comments:

Post a Comment