Diriwayatkan dari Abu Abdillah Muhammad bin Abul Abbas al-Khidir bin Abdullah bin Yahya al-Hasani al-Mushali, ia bertutur. Ketika berada di luar kota Muhsal, ayahku berkisah bahwa pada suatu malam, kami berada di madrasah Syekh Muhyiddin Abdul Qadir al-Jailani, di Baghdad. Maka, datanglah seorang Imam yang membawa sedekah, Abu Muzhaffar Yusuf ra. Beliau mengucapkan salam dan meminta nasehat kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Kemudian, pelayan-pelayan Imam ini meletakkan sepuluh kantong uang di hadapan Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
“Aku tidak butuh semua ini," kata Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Namun, Imam Abul Muzhaffar terus merayunya agar Syekh Abdul Qadir al-Jailani menerima kantong tersebut. Akhirnya, Syekh Abdul Qadir al-Jailani mengambil dua kantong; yang satu diletakkan di tangan kanan dan yang lainnya diletakkan di tangan kiri. Kemudian, Syekh Abdul Qadir al-Jailani memeras dua kantong tersebut, maka mengalirlah darah dari kadua kantong tersebut seraya berkata, "Wahai Abul Muzhaffar, apakah Anda tidak malu kepada Allah dengan mengambil darah manusia dan memberikannya kepadaku. " Maka, seketika itu, Imam Muzhaffar langsung pingsan.
"Andai kalau bukan ia masih ada keturunan Rasulullah saw., aku akan mengalirkan darah tersebut hingga sampai ke rumahnya."I
Perawi hikayat ini juga berkisah, "Pada suatu hari, aku juga pernah menyaksikan Imam Muzhaffar berkata kepadanya, ‘Aku ingin melihat karamah yang engkau miliki untuk menenangkan hatiku."'
"Apa yang engkau inginkan, " jawab Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
"Aku mau engkau mengambilkan untukku apel dari alam gaib.”' Padahal saat itu di Irak tidak lagi musim apel.
Lantas, Syekh Abdul Qadir al-Jailani mengangkat tangannya ke atas udara, maka tiba-tiba saja dua buah apel sudah berada di genggamannya, Syekh Abdul Qadir al-Jailani memberikan sebuah kepadanya dan sebuah lagi dipecahnya apel tersebut, Maka, tampaklah bagian dalam apel tersebut putih dan segar dengan aroma misik yang semerbak. Sementara itu, Imam Abu Muzhaffar juga memecah buah apel yang ada di tangannya, maka apel tersebut telah busuk dan dipenuhi banyak belatung.“
“Apa ini? Jauh sekali bedanya dengan apel yang ada di tanganmu," ucap Imam Muzhaffar keheranan
“Wahai Abul Qasim al-Muzhaffar, apel ini menjadi busuk karena tersentuh oleh tangan yang dzalim," jelas Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Dikutip dari buku “Biografi Syekh Abdul Qadir al-Jailani” karya Achmad Sunarto
No comments:
Post a Comment