Diriwayatkan dari Abu Muhammad bin al-Hasan Abul Manshur al-Dawudi, Abu-Zaid Abdurrahman bin Nashir al-Qurasyiyy, dan Abu Abdullah Muhammad bin Ubadah al-Anshari dengan sanadnya yang bersambung. Mereka berkisah bahwa seorang pedagang, Abu Ghalib Fadhl bin Ismail al-Baghdadi datang menemui Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
"Wahai Tuanku, Eyang Tuan telah bersabda:
"Barangsiapa yang diundang hendaklah ia mendatangi (undangan itu)."
Nah, sekarang aku mengundang Tuan datang ke rumahku”.
“Jika Allah mengizinkan, aku akan berangkat," jawab Syekh Abdul Qadir al-Jailani.”
Kemudian, beliau menoleh sebentar, lantas mengucap, "Ya, aku datang."
Maka, beliau menaiki keledainya dengan didampingi Syekh Ali al-Hiti yang sama-sama naik keledai di sisi kanan beliau. Sementara itu, aku berjalan di sisi kiri beliau. Kami pun datang ke rumah beliau. Disana telah terkumpul para Syekh Baghdad, para ulama dari pembesar lainnya hingga yang masam. Datanglah keranjang yang penuh dengan makanan dengan dipikul oleh dua orang dan diletakkan di akhir pojok sisi meja yang paling ujung. Maka, Abu Ghalib berkata, "Waktunya shalat telah tiba."
"Tidak ada makan dan tidak ada adzan di hadapan makanan," sela Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Tidak ada seorangpun yang berani makan. Beliau mempengaruhi orang-orang yang hadir dalam majelis bagaikan di atas mereka ada burung-burung, saking hebatnya pengaruh yang dipancarkan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Perawi hikayat melanjutkan kisahnya, "Syekh Abdul Qadir al- ailani memberi isyarat kepadaku dan Syekh al-Hiti untuk membawa keranjang makanan yang sama besar itu ke hadapannya, dan ternyata keranjang tersebut amatlah berat. Beliau memerintahkan kami untuk membukanya, maka dalam keranjang tersebut berisi anak laki-laki Abu Ghalib yang sedang duduk dengan penyakit lepra dan terserang lumpuh. Maka berkatalah Syekh Abdul Qadir al-Jailani, “Wahai Bocah, bangkitlah engkau dengan izin Allah dalarn kondisi yang sehat." Tiba-tiba, bocah laki-laki tersebut meloncat bagaikan tidak pernah menderita lumpuh sebelumnya. kemudian, Syekh Abdul Qadir al-Jailani keluar dari ruangan itu tanpa makan apa-apa. Aku datang menemui Syekh Abu Said al-Qailawi untuk menceritakan hal tersebut, ia berkata "Syekh Abdul Qadir al-Jailani ini adalah orang yang bisa menyembuhkan kusta dan lepra atas seizin Allah Swt."
Perawi hikayat ini juga berkisah, "Pada tahun 559H, aku pernah menghadiri majelisnya. Waktu itu, datanglah gerornbongan orang-orang yang ingkar terhadap tasawuf dengan membawa dua orang anak yang dibungkus selimut dengan dijahit di seluruh bagiannya.
"Tebaklah apa isi kedua selimut ini?" tantang mereka.
Maka, turunlah Syekh Abdul Qadir al-Jailani dari atas kursinya dan meletakkan tangannya pada salah satu bungkusan selimut tersebut, ia berkata, "Yang ini berisi seorang anak yang menderita lumpuh." Kemudian, beliau memerintahkan anaknya, Abdurraziq, untuk membuka jahitan selimut itu. Benar saja, didalam selimut tersebut terdapat seorang bocah yang lumpuh. Syekh Abdul Qadir al-Jailani seraya memegang tangan anak itu, berkata, "Bangkitlah", maka anak tersebut bangkit dan melompat. Kemudian, beliau meletakkan tangannya di atas selimut yang satunya, ia berkata, "Yang ini berisi bocah yang sehat." Maka beliau memerintahkan anaknya untuk membukanya. Benar saja, di dalam selimut tersebut ada seorang bocah yang sehat, tidak menderita lumpuh seperti yang awal tadi. Kemudian, ia berkata, "Bangkitlah." Maka, anak tersebut bangkit dan berjalan. Syekh Abdul Qadir al-Jailani memegang janggut anak tersebut seraya berkata, “Duduklah." Maka, anak itupun duduk. Akhimya, orang-orang yang ingkar tadi semuanya bertaubat di hadapan Syekh Abdul Qadir al-Jailani hingga tiga orang diantaranya menemui ajal seketika itu juga.
Dikutip dari buku “Biografi Syekh Abdul Qadir al-Jailani” karya Achmad Sunarto
No comments:
Post a Comment