Diriwayatkan dari Syekh Abu Muhammad Shalih al-Maghribi al Dakkali. Beliau berkisah bahwa tuanku Syekh Abu Madin, semoga Allah menyucikan ruhnya, berkata kepadaku, "Hai Shalih, pergilah ke Baghdad dan temui Syekh Abdul Qadir untuk berguru masalah zuhud." aku pun pergi ke Baghdad, dan tatkala aku berjumpa dengannya, aku belum pernah melihat orang yang mempunyai wibawa yang lebih hebat daripada beliau. Kemudian, beliau mengajariku menyepi selama delapan belas hari. Kemudian ia menjengukku
"Hai Shalih, kemari lihatlah ke arah sini!" perintahnya sambil menghadapkanku ke arah kiblat.
"Baik, Tuanku"
"Apa yang kau lihat?"
"Ka'bah"
"Sekarang, menghadaplah kesana!" perintahnya sambil menunjukkan ke arah Negeri Maghrib.
"Baik, Tuanku"
"Apa yang engkau lihat?"
"Guruku, Syekh Abu Madin"
"Sekarang, Engkau ingin pergi kemana; ke gurumu atau ke sana (Ka'bah)?"
"Aku ingin kembali dari asal engkau datang?"
"Benar, ke tempat asalku?"
"Itu bagus."
"Wahai Shalih, jika engkau menghendaki kezuhudan, engkau tidak akan memperolehnya hingga engkau mendaki tangganya. Tangga itulah yang disebut tauhid. Dan untuk menguasai tauhid ini engkau harus menghapus segala kejadian yang terbesit di hatimu dengan mata hatimu."
"Justru karena itu saya bermaksud meminta bantuan Tuan agar menunjukkan kepada saya sikap yang demikian."
Kemudian, beliau menatapku dengan tatapan yang dalam. Maka, buyarlah segala keinginan yang ada di dalam hatiku bagaikan sinar mentari yang menembus kegelapan malam. Sampai saat ini, tatapan itu masih membekas dalam hatiku."
Dikutip dari buku "Biografi Syech Abdul Qadir Al Jailani" Karya Achmad Sunarto.
No comments:
Post a Comment